August 27, 2025
Indonesia

Suasana di Desa Penglipuran, sebuah desa wisata yang berada di Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli, Minggu (11/12/2022). Desa wisata Penglipuran ramai dikunjungi wisatawan, baik pelancong dari dalam negeri maupun turis asing.

Kondisi Terkini Pariwisata Indonesia

Pariwisata Indonesia tengah menghadapi masa sulit. Data terbaru menunjukkan bahwa pendapatan hotel di berbagai daerah turun 30–40% pada pertengahan 2025. Kondisi ini mengejutkan banyak pihak, karena tahun 2024 sempat mencatat tren pemulihan pasca-pandemi dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.

Penurunan ini tidak hanya terjadi di destinasi populer seperti Bali dan Yogyakarta, tetapi juga di kota-kota besar yang biasanya menjadi pusat MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) seperti Jakarta dan Surabaya. Okupansi hotel yang biasanya berada di atas 70%, kini anjlok ke kisaran 40–50%.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun wisatawan asing mulai kembali masuk, sektor pariwisata Indonesia belum sepenuhnya pulih. Wisata Indonesia menurun bukan hanya soal jumlah pengunjung, tetapi juga soal daya beli, preferensi wisata, dan daya saing destinasi.


Faktor Penyebab Penurunan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya pendapatan hotel dan tertekannya pariwisata.

  1. Perlambatan Ekonomi Domestik
    Konsumsi masyarakat melemah akibat tekanan inflasi dan kenaikan biaya hidup. Akibatnya, wisata domestik menurun karena banyak keluarga memilih menunda liburan.

  2. Persaingan dengan Negara Tetangga
    Destinasi seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia semakin agresif mempromosikan pariwisata mereka dengan harga paket yang lebih murah. Hal ini membuat wisatawan asing lebih memilih negara tetangga.

  3. Biaya Transportasi yang Tinggi
    Harga tiket pesawat domestik masih tinggi, membuat perjalanan antar daerah menjadi mahal. Banyak wisatawan dalam negeri akhirnya memilih destinasi terdekat yang lebih terjangkau.

  4. Kurangnya Inovasi Destinasi
    Sebagian besar destinasi wisata masih mengandalkan atraksi lama tanpa banyak pembaruan. Padahal, wisatawan generasi muda mencari pengalaman baru seperti ekowisata, wellness tourism, dan digital nomad tourism.

Kombinasi faktor ini membuat pariwisata Indonesia kehilangan momentum yang sempat tumbuh positif di tahun sebelumnya.


Dampak Terhadap Industri Hotel dan UMKM

Penurunan jumlah wisatawan berdampak langsung pada industri hotel. Banyak hotel harus menurunkan tarif kamar untuk menarik tamu, bahkan ada yang terpaksa menutup sementara operasional. Pekerja hotel, terutama tenaga kontrak, banyak yang dirumahkan akibat okupansi rendah.

Selain hotel, UMKM pariwisata seperti pedagang suvenir, restoran lokal, dan penyedia jasa transportasi juga ikut terdampak. Penurunan jumlah tamu membuat omzet mereka turun drastis. Sebagian pelaku usaha kecil bahkan gulung tikar karena tidak mampu menutup biaya operasional.

Pariwisata yang lesu juga berdampak pada pendapatan asli daerah (PAD). Daerah yang mengandalkan retribusi pariwisata seperti Bali dan Lombok mengalami penurunan penerimaan. Akibatnya, pembangunan daerah ikut terhambat.


Strategi Pemulihan dari Pemerintah

Pemerintah menyadari urgensi masalah ini dan mulai merumuskan strategi pemulihan pariwisata. Beberapa langkah yang sedang dijalankan antara lain:

  • Promosi Pariwisata di Pasar Baru: Menargetkan wisatawan dari India, Timur Tengah, dan Eropa Timur sebagai alternatif pasar selain Tiongkok dan Australia.

  • Subsidi Transportasi: Memberikan insentif untuk menurunkan harga tiket pesawat domestik agar lebih terjangkau.

  • Peningkatan Event Internasional: Menggelar konser, olahraga, dan festival budaya untuk menarik wisatawan asing dan domestik.

  • Pengembangan Destinasi Baru: Melanjutkan program “10 Bali Baru” seperti Danau Toba, Mandalika, dan Labuan Bajo dengan penekanan pada ekowisata.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat memperbaiki citra pariwisata Indonesia dan mengembalikan kepercayaan wisatawan.


Peran Swasta dan Inovasi Industri

Selain pemerintah, sektor swasta juga berperan penting. Industri hotel mulai mengembangkan konsep digital hospitality dengan aplikasi pemesanan fleksibel, layanan tanpa kontak (contactless service), hingga promosi berbasis media sosial.

Di sisi lain, agen perjalanan mulai menawarkan paket wisata tematik seperti wellness tourism, sustainable tourism, dan kuliner lokal autentik. Inovasi ini diharapkan bisa menarik wisatawan muda yang mencari pengalaman berbeda.

UMKM juga perlu beradaptasi. Dengan memanfaatkan platform digital seperti marketplace dan media sosial, mereka bisa menjangkau wisatawan lebih luas meskipun kunjungan fisik berkurang. Digitalisasi UMKM pariwisata bisa menjadi kunci agar sektor ini tetap bertahan.


Analisis: Jalan Panjang Pemulihan Pariwisata

Melihat kondisi saat ini, pemulihan pariwisata Indonesia tampaknya akan memakan waktu lebih lama. Wisata Indonesia menurun karena persoalan struktural: mahalnya transportasi, lemahnya promosi, dan kurangnya inovasi destinasi.

Namun, Indonesia masih memiliki keunggulan besar berupa kekayaan alam dan budaya. Jika dikelola dengan strategi yang tepat, pariwisata bisa kembali menjadi lokomotif ekonomi nasional. Kuncinya adalah sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam memperbaiki kualitas destinasi sekaligus meningkatkan daya saing global.


Kesimpulan: Momentum yang Harus Dijaga

Turunnya pendapatan hotel sebesar 30–40% menjadi alarm keras bagi sektor pariwisata Indonesia. Tanpa intervensi serius, sektor ini bisa terus terpuruk. Namun, dengan strategi promosi yang tepat, dukungan transportasi yang terjangkau, dan inovasi destinasi, Indonesia masih bisa bangkit.

Pariwisata bukan hanya soal jumlah kunjungan, tetapi juga pengalaman wisata yang berkesan dan berkelanjutan. Dengan transformasi yang menyeluruh, Indonesia bisa kembali menjadi destinasi unggulan di Asia Tenggara.


Referensi: