

Hembusan angin di siang itu terasa deras menghantam pepohonan. Angin itu ikut menggoyangkan ranting-rantingnya. Tempaan angin dari lereng bukit membuat dedaunan kering berjatuhan. Ada yang tertiup jauh dari pohonnya. Sampah-sampah yang berserakan hingga kantong kresek ikut terbawa oleh arusnya angin.
Di tengah aktivitas mahasiswa-mahasiswi dengan keramaian di kampus mungil yang menampung ribuan orang dari Sabang sampai Merauke ini, kampus yang berlatar belakang perbedaan, agama, ras, suku, bahasa, dan budaya, kampus yang bernaung di bawah payung beralmamater ungu, yang dapat disebut sebagai miniaturnya bangsa Indonesia ini, aku termenung sendiri.
Hari itu, terlihat kumpulan awan hitam di atas kepala, menutupi birunya langit yang berekspresi muram pertanda tidak bersahabat. Cuaca yang mendung itu seakan membuat hati ini ikut mendung. Aku yang baru tercatat sebagai mahasiswa baru di kampus ini, diam terpaku, penuh bisu . wajahku tampak begitu polos, penuh keraguan. Sifat-sifatku semasa SMA seakan masih begitu melekat dalam diriku. Belum lagi dengan warna kulitku yang agak hitam, rambutku yang keriting, dan dialek yang begitu kental ketimuran.
Baa juga: Ketidakadilan non manusia (alam) serupa dengan ketidakadilan terhadap perempuan (manusia)
Kase John Hanoe? Fe muhin kau ka??.. ai mupnikan ben…Au Ho kk kelas SMA NEGER 1 ATAMBUA. Ho sekrang es me???
Salam siti Yogi, Fian not Met Aleot Marten he
Nan lof cerita me matma esa le bife an ina. Hehe
Neo muknautun Kase
Terimakasih telah mengunjungi nadiinformasi.com
Tdk jauh berbeda dgn cerita saya di kota malang.