August 27, 2025
Sulawesi Tengah

• Kronologi Gempa dan Dampaknya bagi Pariwisata

Pada 18 Agustus 2025, gempa bumi berkekuatan 5,8 Magnitudo mengguncang Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Parigi Moutong dan sekitarnya. Guncangan ini meski tidak menimbulkan tsunami besar, tetap menimbulkan trauma bagi masyarakat dan dampak nyata pada infrastruktur wisata.

Beberapa resort di pesisir dilaporkan mengalami kerusakan, sementara akses jalan menuju destinasi populer seperti Pantai Siney dan Taman Nasional Lore Lindu sempat terganggu akibat longsor kecil. Hotel-hotel di Palu melaporkan pembatalan reservasi hingga 40% hanya dalam beberapa hari pasca gempa.

Kejadian ini mengingatkan publik pada bencana gempa dan tsunami Palu 2018, meski skalanya lebih kecil. Namun, bagi sektor pariwisata, pariwisata Sulawesi Tengah pasca gempa 2025 tetap menghadapi tantangan besar untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan.


• Respon Cepat Pemerintah dan Stakeholder Pariwisata

Pemerintah daerah bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif segera bergerak cepat. Mereka mendirikan posko darurat di sekitar lokasi wisata terdampak, memastikan keamanan wisatawan, serta menyalurkan bantuan untuk pekerja pariwisata yang kehilangan mata pencaharian sementara.

Selain itu, pemerintah pusat juga menekankan pentingnya pemulihan cepat sektor pariwisata. Hal ini karena pariwisata menyumbang kontribusi besar bagi ekonomi daerah. Menko Marves menyebut Sulawesi Tengah sebagai “hidden gem” pariwisata Indonesia timur yang tidak boleh tenggelam akibat bencana.

Stakeholder pariwisata, mulai dari asosiasi hotel hingga komunitas pemandu wisata, juga ikut berkolaborasi. Mereka menginisiasi kampanye “Safe Travel to Central Sulawesi” untuk meyakinkan wisatawan bahwa destinasi di sana tetap aman untuk dikunjungi setelah gempa.


• Potensi Wisata Alam Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah terkenal dengan kekayaan alam luar biasa. Beberapa destinasi populer yang menjadi andalan antara lain:

  • Taman Nasional Lore Lindu – Situs warisan dunia UNESCO dengan hutan tropis lebat, danau indah, serta peninggalan megalit berusia ribuan tahun.

  • Kepulauan Togean – Surga bawah laut dengan keanekaragaman hayati laut kelas dunia. Cocok untuk diving dan snorkeling.

  • Pantai Tanjung Karang – Salah satu spot terbaik untuk menikmati sunset dan wisata bahari.

  • Danau Poso – Danau air tawar terbesar ketiga di Indonesia, terkenal dengan pemandangan alami dan tradisi budaya lokal.

Meski sempat terganggu gempa, potensi wisata ini tetap menjadi magnet utama yang membuat pariwisata Sulawesi Tengah pasca gempa 2025 berpeluang bangkit kembali.


• Tantangan Pemulihan Sektor Pariwisata

Ada beberapa tantangan besar yang dihadapi Sulawesi Tengah dalam memulihkan sektor pariwisata pasca gempa:

  1. Keamanan dan Infrastruktur
    Wisatawan butuh jaminan keamanan. Jalan, bandara, dan hotel yang rusak harus segera diperbaiki.

  2. Citra Destinasi
    Gempa seringkali meninggalkan stigma bahwa suatu daerah berbahaya. Butuh strategi komunikasi yang baik untuk mengubah persepsi ini.

  3. Dukungan Finansial
    Banyak pelaku UMKM pariwisata kehilangan pendapatan. Mereka butuh bantuan modal untuk bisa kembali beroperasi.

  4. Kesiapsiagaan Bencana
    Sistem peringatan dini di kawasan wisata harus diperkuat agar wisatawan merasa aman.

Tantangan ini perlu dijawab dengan kolaborasi lintas sektor agar pariwisata Sulawesi Tengah pasca gempa 2025 tidak kehilangan momentum.


• Peluang Rebranding dan Ekowisata

Meski terdampak, bencana ini bisa menjadi titik balik untuk membangun pariwisata yang lebih berkelanjutan. Konsep ekowisata kini banyak didorong sebagai strategi pemulihan. Alih-alih mengejar kuantitas wisatawan, fokus diarahkan pada kualitas dan keberlanjutan lingkungan.

Ekowisata memungkinkan wisatawan menikmati alam sambil ikut menjaga kelestariannya. Misalnya, program community-based tourism di desa-desa sekitar Lore Lindu bisa memberdayakan masyarakat lokal sekaligus melestarikan hutan.

Selain itu, pemerintah juga bisa memanfaatkan momentum ini untuk rebranding. Dengan kampanye internasional, Sulawesi Tengah bisa diposisikan sebagai destinasi yang aman, ramah lingkungan, dan penuh pengalaman autentik.


• Peran Komunitas Lokal dalam Pemulihan

Komunitas lokal memegang peran kunci dalam membangkitkan kembali pariwisata Sulawesi Tengah pasca gempa 2025. Warga sekitar destinasi wisata adalah pihak pertama yang merasakan dampak bencana, tetapi juga pihak pertama yang bisa menciptakan rasa aman bagi wisatawan.

Banyak komunitas pemandu wisata yang langsung menginisiasi program edukasi tentang mitigasi bencana bagi wisatawan. Mereka membuat jalur evakuasi, papan informasi, dan simulasi evakuasi gempa untuk turis.

Selain itu, masyarakat lokal juga aktif dalam kuliner, seni, dan kerajinan tradisional sebagai daya tarik wisata budaya. Dukungan mereka akan menentukan seberapa cepat pariwisata bangkit kembali.


• Strategi Pemulihan Jangka Panjang

Beberapa strategi penting untuk membangun kembali pariwisata Sulawesi Tengah antara lain:

  • Perbaikan Infrastruktur Cepat – Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu dan akses menuju Togean harus dipulihkan penuh.

  • Kampanye Promosi Digital – Media sosial dan influencer bisa digunakan untuk mengembalikan citra destinasi.

  • Sertifikasi Keamanan Wisata – Destinasi yang sudah aman diberi label khusus untuk meyakinkan wisatawan.

  • Kolaborasi Global – Mengundang lembaga internasional seperti UNWTO untuk mendukung program pemulihan.

Jika langkah-langkah ini dilakukan konsisten, maka pariwisata Sulawesi Tengah pasca gempa 2025 bisa bangkit bahkan lebih kuat dari sebelumnya.


• Kesimpulan

Gempa 18 Agustus 2025 memang memberikan pukulan berat bagi Sulawesi Tengah. Namun, sektor pariwisata punya daya tahan luar biasa jika dikelola dengan baik. Dengan potensi alam yang kaya, dukungan komunitas, serta strategi pemulihan yang tepat, pariwisata Sulawesi Tengah pasca gempa 2025 justru bisa menjadi model pariwisata tangguh dan berkelanjutan.


• Referensi