
nadiinformasi.com – Tragedi menyedihkan menimpa Rafa (11), bocah asal Pekalongan, yang meninggal dunia setelah sebulan melawan bisa ular weling. Keluarga menyayangkan penanganan awal di RSUD Kajen yang dinilai keliru, melepaskan Rafa terlalu cepat meski gejala perburukan muncul. Berikut kronologi lengkap mulai dari gigitan hingga kematian, serta kritik keluarga atas pelayanan medis yang diterima.
Gigitan Ular Weling di Tengah Malam – Awal Tragedi
Rafa digigit ular Weling saat tidur pada Senin dini hari, 16 Juni 2025, sekitar pukul 04.00 WIB. Ibunya terkejut saat melihat ular meluncur di dekat Rafa dan langsung menggigit kakinya. Menurut kuasa hukum keluarga, Imam Maliki, ular tersebut diperkirakan jatuh dari plafon rumah sebelum menyerang.
Pasca digigit, Rafa langsung kejang dan ditangani di rumah sakit. Keluarga segera membawa Rafa ke RSUD Kajen, Kabupaten Pekalongan, dalam kondisi yang masih sadar namun kejang sempat terjadi.
Penanganan Awal di RSUD Kajen: Dipulangkan Padahal Gejala Kritis
Setibanya di RSUD Kajen, petugas melakukan observasi selama ±45 menit. Kepala Keperawatan, Dwi Harto, menjelaskan luka gigitan tampak samar dan pemeriksaan darah dianggap masih dalam ambang batas normal, sehingga Rafa diperbolehkan pulang dengan rawat jalan.
Namun, dalam perjalanan pulang, kondisi Rafa memburuk—ia kembali kejang dan akhirnya dilarikan ke RS swasta di Pekajangan sebelum akhirnya dirujuk ke RSUP Dr Kariadi, Semarang. Penanganan awal ini kemudian disesalkan keluarga, yang menilai seharusnya Rafa tetap dirawat intensif dan mendapatkan antivenom lebih awal.
Kondisi di RSUP Dr Kariadi – Mengakhiri Harapan
Rafa dirujuk ke RSUP Dr Kariadi pada 9 Juli 2025 dalam kondisi kritis dan langsung masuk PICU. Humas rumah sakit, Aditya Kandu Warenda, menyatakan Rafa tiba dalam kondisi memburuk dan koma, serta tidak pernah siuman sejak itu.
Selama hampir satu bulan, Rafa mendapatkan perawatan intensif untuk menanggulangi efek bisa ular terhadap organ vital, khususnya ginjal yang dilaporkan mengalami gangguan (kreatinin dan ureum tinggi). Namun pada 20 Juli 2025, pukul sekitar 00.30–00.32 WIB, Rafa meninggal dunia setelah tidak mampu lagi pulih.
Keluarga Sesalkan Penanganan Awal – Soroti Kesalahan Diagnosis
Kuasa hukum keluarga, Imam Maliki, mengecam penanganan awal di RSUD Kajen yang menyebabkan kondisi Rafa tak terdeteksi secara optimal. Menurutnya, rumah sakit seharusnya memberikan antivenom dan rawat inap, bukan memulangkan pasien meski masih rentan mengalami komplikasi.
Tindakan pulang paksa justru memperlambat proses penyembuhan, dan kejang yang terjadi di perjalanan pulang menjadi tanda bahwa kondisi Rafa belum stabil. Keluarga menuntut penjelasan transparan dari pihak rumah sakit dan evaluasi prosedur standar medis saat menangani gigitan ular berbisa.
Pelajaran Medis dan Sosial dari Kasus Ini
a. Pentingnya Protokol Skrining Gigitan Ular
Studi kasus ini menegaskan pentingnya skrining lengkap pada pasien gigitan ular. Selain observasi awal, pasien harus menjalani tes laboratorium lengkap, termasuk analisis darah untuk memantau potensi gangguan organ tubuh pasca gigitan.
b. Peran Antivenom dan Rawat Inap
Protokol medis memerlukan pemberian antivenom sesegera mungkin dan masa observasi di rumah sakit, terutama jika luka gigitan berada di bagian tubuh kritis. Protokol semacam ini belum dijalankan secara konsisten di RSUD Kajen menurut keluarga dan kuasa hukum.
c. Edukasi Masyarakat dan Petugas Medis
Kesadaran publik dan pelatihan tenaga medis terkait potensi bahaya ular berbisa, teknik penanganan awal, serta kapan harus merujuk ke rumah sakit rujukan sangat penting. Edukasi ini bisa mencegah tragedi serupa terulang di daerah rawan ular.
Harapan dan Tuntutan Keluarga
Kasus Rafa meninggal digigit ular weling mengandung pelajaran penting soal kewaspadaan medis dan kecepatan respons. Keluarga berharap RSUD Kajen dan instansi terkait segera mengevaluasi SOP penanganan gigitan ular, melakukan transparansi pemeriksaan, dan memberikan sanksi atau perbaikan yang nyata.
Harapan Keluarga:
-
RSUD Kajen merevisi SOP, terutama soal observasi dan antivenom.
-
Dinas Kesehatan daerah mengawasi penerapan protokol medis di seluruh fasilitas kesehatan.
-
Masyarakat mendapat edukasi melalui sosialisasi saat musim ular marak—agar tak panik saat menghadapi situasi serupa.
Semoga kepergian Rafa jadi cambuk untuk perbaikan sistem, dan tak ada lagi korban akibat kesalahan penanganan medis serupa.