
Latar Belakang Perjanjian Dagang RI–Peru
Pada Agustus 2025, Indonesia dan Peru resmi menandatangani Perjanjian Dagang Bilateral yang disebut sebagai Indonesia–Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA). Kesepakatan ini menandai langkah strategis Indonesia memperluas akses pasar ke Amerika Latin, sementara Peru mendapat pintu masuk lebih kuat ke pasar Asia Tenggara.
Hubungan diplomatik Indonesia–Peru sebenarnya sudah lama terjalin, namun interaksi perdagangan relatif kecil dibandingkan dengan mitra tradisional seperti Tiongkok, Jepang, atau Amerika Serikat. Karena itu, IP-CEPA diharapkan bisa menjadi terobosan besar untuk meningkatkan volume perdagangan kedua negara.
Menurut Kementerian Perdagangan, perjanjian ini mencakup penurunan tarif bea masuk, penghapusan hambatan non-tarif, serta kerja sama investasi dan teknologi.
Isi Kesepakatan dan Bidang Utama
Ada beberapa poin penting dalam IP-CEPA:
-
Penurunan tarif hingga 90% untuk produk ekspor unggulan kedua negara.
-
Fasilitasi perdagangan halal – Indonesia membuka peluang produk halal (makanan, kosmetik, farmasi) masuk ke Peru.
-
Kerja sama pertanian – Peru membuka akses untuk kopi, kakao, rempah, dan udang dari Indonesia. Sebaliknya, Indonesia membuka akses untuk buah tropis khas Peru seperti alpukat Hass dan quinoa.
-
Tekstil dan fashion – industri tekstil Indonesia mendapat peluang lebih luas di pasar Amerika Latin.
-
Energi dan pertambangan – kedua negara membahas potensi kerja sama eksplorasi tambang dan energi terbarukan.
Manfaat untuk Indonesia
Bagi Indonesia, ada sejumlah keuntungan strategis:
-
Diversifikasi pasar ekspor: Selama ini ekspor Indonesia terlalu bergantung pada Tiongkok, AS, dan Jepang. Pasar baru di Amerika Latin akan memperkuat ketahanan ekonomi.
-
Peluang produk halal: Peru punya populasi Muslim kecil, tapi posisinya strategis sebagai hub ekspor halal ke kawasan Amerika Selatan.
-
Komoditas unggulan: Kopi Indonesia punya reputasi tinggi di pasar global. Dengan bebas tarif, kopi Gayo, Toraja, dan Flores bisa lebih kompetitif di Peru.
-
Tekstil dan fashion: Indonesia punya kekuatan di industri tekstil, sementara Peru punya pasar menengah yang tumbuh.
Dengan strategi yang tepat, ekspor Indonesia bisa meningkat hingga US$ 1 miliar dalam 5 tahun ke depan.
Peluang untuk Peru
Peru juga mendapat keuntungan besar dari kerja sama ini:
-
Akses ke ASEAN: Indonesia bisa jadi pintu masuk Peru ke pasar ASEAN dengan 600 juta penduduk.
-
Ekspor pertanian: Alpukat Hass dan quinoa dari Peru bisa masuk ke Indonesia tanpa hambatan besar.
-
Diversifikasi energi: Peru bisa belajar dari Indonesia soal pengembangan energi panas bumi, sementara Indonesia bisa belajar dari Peru tentang energi terbarukan berbasis surya.
Kesepakatan ini juga meningkatkan posisi Peru di Asia, yang selama ini lebih didominasi oleh Brasil dan Meksiko.
Tantangan Implementasi
Meski menjanjikan, ada sejumlah tantangan dalam implementasi IP-CEPA:
-
Logistik – jarak geografis jauh (16.000 km) membuat biaya pengiriman tinggi.
-
Infrastruktur pelabuhan – perlu rute pengiriman langsung agar tidak bergantung pada transit di AS atau Eropa.
-
Standar produk – perbedaan standar kualitas bisa jadi hambatan. Misalnya, regulasi halal di Indonesia harus dipahami eksportir Peru.
-
Promosi dagang – masyarakat kedua negara relatif belum familiar dengan produk satu sama lain.
Jika tidak dikelola dengan baik, hambatan ini bisa mengurangi manfaat perjanjian.
Respon Publik dan Dunia Usaha
Pelaku usaha di Indonesia menyambut positif. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) menyatakan bahwa ini peluang emas memperluas pasar premium. Industri tekstil juga menilai pasar Peru potensial, terutama untuk produk fashion muslim dan pakaian kasual.
Namun, ada juga yang khawatir soal persaingan. Asosiasi Petani Alpukat Indonesia, misalnya, khawatir alpukat Hass dari Peru akan bersaing dengan alpukat lokal. Pemerintah diminta melindungi petani dengan kebijakan tarif dan promosi produk lokal.
Di media sosial, isu ini tidak sepopuler politik atau sepak bola, tapi banyak netizen yang antusias membicarakan kemungkinan kopi Toraja dan Flores menjadi lebih terkenal di Amerika Latin.
Perbandingan dengan Perjanjian Dagang Lain
Indonesia sudah memiliki beberapa perjanjian dagang serupa:
-
IA-CEPA dengan Australia (2019)
-
RCEP dengan ASEAN+5 (2020)
-
I-EU CEPA (masih dinegosiasikan)
Dengan Peru, Indonesia menegaskan strategi memperluas sayap ke Amerika Latin. Ke depan, pemerintah berencana membangun kesepakatan serupa dengan Brasil dan Meksiko, dua ekonomi terbesar kawasan itu.
Dampak Jangka Panjang bagi Diplomasi Indonesia
Selain ekonomi, perjanjian ini juga punya nilai strategis bagi diplomasi Indonesia. Hubungan erat dengan Peru memperkuat posisi Indonesia di forum Pacific Alliance (organisasi negara-negara Amerika Latin yang pro-globalisasi).
Indonesia bisa memainkan peran sebagai penghubung antara ASEAN dan Amerika Latin. Ini sejalan dengan visi politik luar negeri bebas aktif, di mana Indonesia tidak hanya fokus ke Asia, tapi juga memperluas jejaring ke kawasan lain.
Kesimpulan: Peluang Emas yang Harus Dimanfaatkan
Perjanjian dagang RI–Peru 2025 adalah langkah besar memperkuat posisi Indonesia di pasar global. Dengan defisit perdagangan yang bisa ditekan, ekspor yang meningkat, serta kerja sama investasi yang terbuka, peluang ekonomi terbentang luas.
Namun manfaat nyata baru akan terasa jika pemerintah serius menangani hambatan logistik, memfasilitasi UMKM, dan melindungi sektor yang rentan dari persaingan. Jika itu bisa diwujudkan, IP-CEPA akan menjadi tonggak baru bagi hubungan Indonesia–Amerika Latin.