
nadiinformasi.com – Pidato Presiden Joko Widodo saat menutup Kongres PSI di Solo mampu menggegerkan dunia politik. Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menilai itu bukan sekadar dukungan simbolis, tapi sinyal kuat bahwa Jokowi resmi “log in PSI”—masuk dan ambil alih peran politik lebih agresif melalui partai tersebut.
Apa Arti “Resmi Log In PSI”?
1. Dukungan Politik yang Melekat
Adi Prayitno menyebut pidato Jokowi bukan hanya dukungan moral, tetapi bukti bahwa Presiden ke-7 itu akan kerja keras membesarkan PSI. Kalimat “Saya akan bekerja keras untuk PSI” menjadi kunci bahwa ia tak sekadar simpatik, tapi siap terlibat secara langsung.
2. Hubungan Politik Jangka Panjang
Menurut Adi, ini bukti nyata bahwa debat soal Jokowi menjadi Ketua Dewan Pembina PSI tak lagi relevan. Jokowi diprediksi akan berikan dukungan penuh secara struktural dan operasional, bukan hanya acara seremonial.
3. Uji Politik Setelah Masa Presiden
Baginya, PSI jadi medan uji Jokowi setelah tak menjabat lagi. Komentar Adi: pengalaman politik Jokowi yang sukses, dari pilkada hingga dua periode presiden, akan diuji dalam “besarkan” partai ini.
Implikasi Pidato Jokowi di Kongres PSI
a. Kekuatan Elektoral PSI
Dengan dukungan total dari figur populer seperti Jokowi, PSI punya potensi mengalami lonjakan elektoral signifikan menjelang Pemilu 2029. Adi mengatakan dua faktor penentu adalah: bagaimana PSI mengamplifikasi nama Jokowi dan seberapa efektif struktur partai bergerak hingga akar rumput.
b. Ancaman terhadap PDIP
Eksperimen politik ini dipandang sebagai strategi untuk menjaga pengaruh Jokowi meski tak lagi berada di PDIP. Ada spekulasi jika PSI bisa bertumbuh besar, maka kompetitor baru bagi PDIP bisa muncul, sekaligus mengubah lanskap politik nasional.
c. Tantangan Organisasi dan Infrastruktur
Adi menuturkan bahwa tantangan terbesar PSI bukan soal nama besar, tapi seberapa baik mereka membangun struktur internal, kader, dan mesin partai di daerah-daerah. Soal merebut simpati publik dari bukti kerja nyata di lapangan.
Respons dan Strategi PSI
1. Kaesang Pangarep sebagai Koordinator Utama
Dengan penunjukan Kaesang kembali sebagai Ketum PSI (2025–2030), PSI mendapat figur pelengkap antara politik modern dan keluarga Jokowi. Kombinasi itu diyakini bisa memicu energi baru dalam partai.
2. Konsolidasi Struktur Daerah
PSI disebut telah mulai membentuk struktur daerah lebih cepat dibanding partai baru lain. Apresiasi publik terhadap “partai super terbuka” yang berbasis meritokrasi memberi peluang besar untuk menerjemahkan dukungan Jokowi ke level akar rumput.
3. Electability & Brand Politik
Dengan ikon seperti Jokowi dan Kaesang, PSI kini punya keuntungan branding. Tetapi branding harus didukung bukti kerja nyata—kampanye berbasis program digital, aksi sosial, dan respon cepat terhadap isu publik.
Tantangan dan Risiko Politik
i. Tangkap Ekspektasi Publik
Publik kini berekspektasi tinggi atas dukungan Jokowi. Kalau PSI gagal menunjukkan progress atau kinerja nyata, dukungan bisa cepat memudar, bahkan disebut sebagai “pencitraan politik semata”.
ii. Tekanan dari Partai Lain
Langkah Jokowi bisa memicu reaksi dari PDIP dan partai rival. PDIP mungkin akan merumuskan strategi tanding baru, sementara partai oposisi bisa manfaatkan narasi ini untuk meragukan PSI sebagai partai mandiri.
iii. Ketergantungan pada Figur
Meski kuat, terlalu bergantung pada sosok Jokowi bisa melemahkan PSI jika figur utama tak terlibat langsung lagi. PSI butuh menyiapkan figur alternatif dan kader yang mampu meneruskan estafet politik.